ketika sesorot tajam dari kejauhan atas serengkuh akrab kita
sedetik kemudian menikam serasa iri dari belakang
melambatkan langkahnya melerai untaian cerita di tengah lapang
menarikmu untuk menjadikan kita yang lain
ketika sebuah nama terhapus dari pandangan
seketika sorot mata seorang sahabat berubah makna dan tujuan
seketika beribu ucap canda pindah dari sebuah kita
seketika terduduk berdamping tak lagi menguntai cerita cita
dan kataku tak mampu beralur
dan semua mata dan punyamu juga memandang kitamu yang baru
dan segala dendam bagai sepuluh bulir debu di tanah lapang
dan segalaku adalah bodoh, kosong dan hambar
dan...aku takut
dan...aku rindu
Tidak ada komentar:
Posting Komentar