--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Dalam kasus ini sebenarnya oknum atau tersangkanya memang bisa dibilang sedikit kurang ajar, bukan sedikit, cenderung (maaf) brengsek. mungkin saya bisa bilang begitu karena sekarang saya masih marah. ya maaf, saya nggak berniat untuk menebarkan bibit permusuhan, hanya bingung mencari sebutan yang pas. sampai saat ini, nggak ada kabar, nggak ada maaf, dan (mungkin) nggak ada niatan buat menepati janji, ataupun memperbaiki keadaan. karena (mungkin lagi) si oknum sudah berada pada zona aman dan nyaman.
Saya sendiri masih marah dan kecewa sama badan, otak dan hati saya. kenapa? karena sejauh ini saya masih belum ngerti sebab atau alasan saya pernah menaruh kepercayaan besar sama orang yang salah. jujur saya kecewa sekali. saya bahkan mengabaikan larangan, himbauan, dan peringatan dari sahabat dan orang orang terdekat. yah penyesalan memang selalu datang di belakang, kalo di depan, namanya pendaftaran, kan? yang lebih di sayangkan lagi, pikiran tentang oknum masih sering muncul di otak saya. bodoh.
Saat benci dan sayang saling tuding dan berada pada posisi yang sama berat, satu-satunya jalan adalah melupakan. yeah, itu satu-satunya jalan yang terpikirkan di tengah-tengah otak saya yang amburadul. ya walaupun nggak segampang teorinya, melupakan adalah sebuah fungsi tujuan yang memiliki banyak constrain atau batasan yang nggak spesifik, sehingga untuk mencapai nilai optimum, yaitu 'benar-benar lupa' sulit sekali tercapai. padahal nilai optimum 'benar-benar lupa' merupakan satu variabel dari fungsi tujuan yang lebih tinggi lagi, yaitu kembali ke kehiduipan normal.
Untuk mencapai nilai optimum tadi, saya melakukan research ke sahabat-sahabat saya, mereka yang senantiasa support saya. ternyata sejauh ini, dari inti pemecahan masalah yang saya tarik dari kumpulan masukan yang mereka kasih, memaafkan adalah variabel penting yang harus di aplikasikan. lagi-lagi sebuah teori ringan yang berat untuk di praktekkan. pertama-tama saya harus berdamai dulu sama diri saya sendiri, baru memaafkan oknum. setelah dua variabel itu terpenuhi, mereka bilang akan lebih mudah untuk mencapai tujuan utama saya, yaitu kembali ke hidup normal saya yang menyenangkan. walaupun nggak secara langsung, masih banyak variabel yang harus saya kumpulkan.
Tugas besar saya sekarang adalah membuat sistem pemroses-maaf yang sebesar-besarnya kemudian memasukkan segala negativitas ke dalamnya untuk di proses dan dihapus dari peredaran. termasuk segala hal yang bersagkutan dengan oknum. bukan untuk membuat saya dan dia menjadi bermusuhan, memutus persaudaraan atau apapun yang berbau negative. hanya bertujuan untuk memperbaiki keadaan. mungkin saja suatu saat nanti saat semua sudah normal, saya dan dia bisa kembali menjadi teman.
(seperti kata seorang sahabat, saya harus mencoba jadi seperti daun.
"maafkan sang angin walapun anginlah yang buat dia jatuh")
Terimakasih untuk sahabat dan orang-orang terdekat yang selalu ada saat saya terbang maupun terpuruk. saya janji saya nggak akan nyerah selama kalian tetap ada untuk support saya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar