Sebulan. Tepat sebulan sejak keputusanku. Sungguh sekuat tenaga aku berjuang untuk menyusun kembali hidupku yang pernah dia hancurkan. Sudah sejauh ini, sudah sekian besar serpihan hidupku yang berhasil kususun. Pelan-pelan. Sedikit demi sedikit. Berkali-kali jatuh. Tapi sudah kuputuskan untuk tak menyerah. Aku sudah berhasil sejauh ini. Aku sudah bisa senyum dan tertawa lagi. Sinarku perlahan kembali.
Lalu sesaat usahaku tiba-tiba buram. 26 Januari 2013. Dengan ringan dia datang lagi menyusup diantara serpihan membuat yang sudah tersusun nyaris runtuh lagi. Tanya, tata, dan tawa ringan seakan tak ada sedikitpun rasa sesal dia pernah menghancurkan aku. Coba saja dia ada di posisiku sekarang. Yakinku dia juga rasa begini. Aku sudah sangat nyaris bisa memaafkannya meski tak ada kata maaf. Aku sudah hampir bisa melupakannya dan segala hal yang pernah dia lakukan padaku. Kenapa dia datang dengan ringan seperti ini? Dia membangunkan marahku karena keringanannya.
Tapi beruntung aku tersadar sebelum terlambat. sebelum benciku sampai di ubun-ubun lalu meledak. sudah jadi keputusanku untuk memaafkan. Sudah jadi keputusanku untuk melupakan. Akan kususun lagi yang tadi nyaris runtuh. Aku marah, tapi tak benci. Membenci hanya mempersulitku. Menyempitkan hidupku.
Aku tak akan membenci. Seburuk apapun, sejahat apapun, segelap apapun, sehancur apapun, Aku takkan membenci. Aku masih punya mimpi. Membenci menjauhkanku dari realisasi mimpi.apa yang pernah terjadi karenanya pernah menghancurkan hidupku sekali, membencinya pernah membuatku kehilangan arah, tapi sekarang Takkan kubiarkan ia menghancurkan mimpiku yang berharga. aku janji.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar